Sabtu, 16 September 2017

Sedotan mulut Ami benar-benar membuatku terbuai


Sedotan mulut Ami benar-benar membuatku terbuai Aku sedang menonton televisi di kamarku ketika Fay keluar dari kamarmandi mengenakan baju tidur. Hm.. dia pasti habis cuci muka danbersih-bersih sebelum tidur. Di kamar tidur kami memang terdapat kamarmandi dan televisi, sehingga aku menonton televisi sambil tiduran. Fayberbaring di sampingku, dan memejamkan matanya. Lho? Dia langsung mautidur nih! Padahal aku sejak tadi menunggu dia. Lihat saja, si “ujang”sudah bangun menantikan jatahnya.
Sedotan mulut Ami benar-benar membuatku terbuai


“Fay! Kok langsung tidur sih?”“Mm..?”Fay membuka matanya. Lalu ia duduk dan menatapku. Kemudian ia tersenyummanis. Woow.. burungku semakin mengeras. Fay mendekatkan wajahnya kewajahku. Tangannya yang lembut halus membelai wajahku. Jantungkuberdetak cepat. Kurangkul tubuhnya yang mungil dan hangat. Terasa nyamansekali. Fay mencium pipiku. “Cupp..!”


“Tidur yang nyenyak yaa..” katanya perlahan.Lalu ia kembali berbaring dan memejamkan matanya. Tidur! Nah lho? Sialbenar. Cuma begitu saja? Aku terbengong beberapa saat.“Fay! Faayy..!” aku mengguncang-guncang tubuhnya.“Umm.. udah maleem.. Fay ngantuk niih..”Kalau sudah begitu, percuma saja. Dia tidak akan bangun. Padahal akusedang birahi tinggi dan butuh pernyaluran. Si “ujang” masih tegang danpenasaran minta jatah.


Begitulah Fay. Sebagai istri, dia hampir sempurna. Wajah dan fisiknyaenak dilihat, sifatnya baik dan menarik. Perhatiannya pada kebutuhankusehari-hari sangat cukup. Hanya saja, kalau di tempat tidur dia sangat“hemat”. Nafsuku terbilang tinggi. Sedangkan Fay, entah kenapa(menurutku) hampir tidak punya nafsu seks. Tidak heran meskipun sudahlebih setahun kami menikah, sampai saat ini kami belum punya anak. Untukpelampiasan, aku terkadang selingkuh dengan wanita lain. Fay bukannyatidak tahu. Tapi tampaknya dia tidak terlalu mempermasalahkannya.


Nafsuku sulit ditahan. Rasanya ingin kupaksa saja Fay untuk melayaniku.Tapi melihat wajahnya yang sedang pulas, aku jadi tidak tega. Kuciumrambutnya. Akhirnya kuputuskan untuk tidur sambil memeluk Fay. Siapatahu dalam mimpi, Fay mau memuaskanku? Hehehe..


Esoknya saat jam istirahat kantor, aku makan siang di Citraland Mall.Tidak disangka, disana aku bertemu dengan Ami, sahabatku dan Fay semasakuliah dahulu. Kulihat Ami bersama dengan seorang wanita yang miripdengannya. Seingatku, Ami tidak punya adik. Ternyata setelah kamidiperkenalkan, wanita itu adalah adik sepupu Ami. Fita namanya. Heranjuga aku, kok saudara sepupu bisa semirip itu ya? Pendek kata, akhirnyakami makan satu meja.


Sambil makan, kami mengobrol. Ternyata Fita seperti juga Ami, tipe yangmudah akrab dengan orang baru. Terbukti dia tidak canggung mengobroldenganku. Ketika aku menanyakan tentang Joe (suami Ami, sahabatku semasakuliah), Ami bilang bahwa Joe sedang pergi ke Surabaya sekitar duaminggu yang lalu untuk suatu keperluan.


“Paling juga disana dia main cewek!” begitu komentar Ami.Aku hanya manggut-manggut saja. Aku kenal baik dengan Joe, dan bukan halyang aneh kalau Joe ada main dengan wanita lain disana. Saat Fitapermisi untuk ke toilet, Ami langsung bertanya padaku.“Van, loe ama Fay gimana?”“Baek. Kenapa?”“Dari dulu loe itu kan juga terkenal suka main cewek. Kok bisa ya akurama Fay?”Aku diam saja.


Aku dan Fay memang lumayan akur. Tapi di ranjang jelas ada masalah.Kalau dituruti nafsuku, pasti setiap hari aku minta jatah dari Fay. Tapikalau Fay dituruti, paling hebat sebulan dijatah empat atau lima kali!Itu juga harus main paksa. Seingatku pernah terjadi dalam sebulan akuhanya dua kali dijatah Fay. Jelas saja aku selingkuh! Mana tahan?


“Kok diem, Van?” pertanyaan Ami membuyarkan lamunanku.“Nggak kok..”“Loe lagi punya masalah ya?”“Nggaak..”“Jujur aja deh..” Ami mendesak.Kulirik Ami. Wuih, nafsuku muncul. Aku jadi teringat saat pesta di rumahJoe. Karena nafsuku sudah sampai ke ubun-ubun, maka akal sehatku punhilang.


“Cerita doong..!” Ami kembali mendesak.“Mi.., loe mau pesta “assoy” lagi nggak?” aku memulai. Ami kelihatan kaget.“Eh? Loe jangan macem-macem ya Van!” kecam Ami.Aduh.., kelihatannya dia marah.“Sorry! Sorry! Gue nggak serius.. sorry yaa..” aku sedikit panik.


Tiba-tiba Ami tertawa kecil.“Keliatannya loe emang punya masalah deh.. Oke, nanti sore kita ketemulagi di sini ya? Gue juga di rumah nggak ada kerjaan.”Saat itu Fita kembali dari toilet. Kami melanjutkan mengobrol sebentar,setelah itu aku kembali ke kantor.


Jam 5 sore aku pulang kantor, dan langsung menuju tempat yangdijanjikan. Sekitar sepuluh menit aku menunggu sebelum akhirnya telepongenggamku berdering. Dari Ami, menanyakan dimana aku berada. Setelahbertemu, Ami langsung mengajakku naik ke mobilnya. Mobilku kutinggalkandisana. Di jalan Ami langsung menanyaiku tanpa basa-basi.“Van, loe lagi butuh seks ya?”Aku kaget juga ditanya seperti itu. “Maksud loe?”“Loe nggak usah malu ama gue. Emangnya Fay kenapa?”Aku menghela nafas. Akhirnya kuputuskan untuk mengeluarkan uneg-unegku.


“Mi.. Fay itu susah banget.. dia bener-bener pelit kalo soal begitu. Loebayangin aja, gue selalu nafsu kalo ngeliat dia. Tapi dia hampir nggakpernah ngerespon. Kan nafsu gue numpuk? Gue butuh penyaluran dong!Untung badannya kecil, jadi kadang-kadang gue paksa dia.”Ami tertawa. “Maksudnya loe perkosa dia ya? Lucu deh, masa istri sendiridiperkosa sih?”“Dia nggak marah kok. Lagi gue perkosanya nggak kasar.”“Mana ada perkosa nggak kasar?” Ami tertawa lagi. “Dan kalo dia nggakmarah, perkosa aja dia tiap hari.”“Kasian juga kalo diperkosa tiap hari. Gue nggak tega kalo begitu..”“Jadi kalo sekali-sekali tega ya?”“Yah.. namanya juga kepepet.. Udah deh.. nggak usah ngomongin Fay lagi ya?”“Oke.. kita juga hampir sampe nih..”


Aku heran. Ternyata Ami menuju ke sebuah apartemen di Jakarta Barat.Dari tadi aku tidak menyadarinya.“Mi, apartemen siapa nih?”“Apartemennya Fita. Pokoknya kita masuk dulu deh..”


Fita menyambut kami berdua. Setelah itu aku menunggu di sebuah kursi,sementara Fita dan Ami masuk ke kamar. Tidak lama kemudian Amimemanggilku dari balik pintu kamar tersebut. Dan ketika aku masuk, si“ujang” langsung terbangun, sebab kulihat Ami dan Fita tidak memakaipakaian sama sekali. Mataku tidak berkedip melihat pemandangan hebatitu. Dua wanita yang cantik yang wajahnya mirip sedang bertelanjangbulat di depanku. Mimpi apa aku?


“Kok bengong Van? Katanya loe lagi butuh? Ayo sini..!” panggil Ami lembut.Aku menurut bagai dihipnotis. Fita duduk bersimpuh di ranjang.“Ayo berbaring disini, Mas Ivan.”Aku berbaring di ranjang dengan berbantalkan paha Fita. Kulihat darisudut pandangku, kedua bagian bawah payudara Fita yang menggantungmempesona. Ukurannya lumayan juga. Fita langsung melucuti pakaianatasku, sementara Ami melucuti pakaianku bagian bawah, sampai akhirnyaaku benar-benar telanjang. Batang kemaluanku mengacung keras menandakannafsuku yang bergolak.


“Gue pijat dulu yaa..” kata Ami.Kemudian Ami menjepit kemaluanku dengan kedua payudaranya yang montokitu. Ohh.., kurasakan pijatan daging lembut itu pada kemaluanku. Rasanyabenar-benar nyaman. Kulihat Ami tersenyum kepadaku. Aku hanya mengamatibagaimana kedua payudara Ami yang sedang digunakan untuk memijat batangpenisku.“Enak kan, Van?” Ami bertanya.Aku mengangguk. “Enak banget. Lembut..”


Fita meraih dan membimbing kedua tanganku dengan tangannya untukmengenggam payudaranya. Dia membungkuk, sehingga kedua payudaranyamenggantung bebas di depan wajahku.“Van, perah susu gue ya?” pintanya nakal.Aku dengan senang hati melakukannya. Kuperah kedua susunya sepertimemerah susu sapi, sehingga Fita merintih-rintih.“Ahh.. awww.. akh.. terus.. Van.. ahh.. ahh..”Payudara Fita terasa legit dan kenyal. Aku merasa seperti raja yangdilayani dua wanita cantik. Akhirnya Ami menghentikan pijatanspesialnya. Berganti tangan kanannya menggenggam pangkal si “ujang”.


“Dulu diwaktu pesta di rumah gue, kontol loe belum ngerasain lidah gueya?” kata Ami, dan kemudian dengan cepat lidahnya menjulur menjilat si“ujang” tepat di bagian bawah lubangnya.Aku langsung merinding keenakan dibuatnya. Dan beberapa detik kemudiankurasakan hangat, lembut, dan basah pada batang kemaluanku. Si “ujang”telah berada di dalam mulut Ami, tengah disedot dan dimainkan denganlidahnya. Tidak hanya itu, Ami juga sesekali mengemut telur kembarkusehingga menimbulkan rasa ngilu yang nikmat. Sedotan mulut Ami benar-benar membuatku terbuai, apalagi ketika ia menyedot-nyedot ujungkemaluanku dengan kuat. Enaknya tidak terlukiskan. Sampai kurasakan alatkelaminku berdenyut-denyut, siap untuk memuntahkan sperma.


“Mi.. gue.. udah mau.. ke.. luar..”Ami semakin intens mengulum dan menyedot, sehingga akhirnya kemaluankumenyemprotkan sperma berkali-kali ke dalam mulut Ami. Lemas badankudibuatnya. Tanganku yang beraksi pada payudara Fita pun akhirnyaberhenti. Ami terus mengulum dan menyedot kemaluanku, sehinggamenimbulkan rasa ngilu yang amat sangat. Aku tidak tahan dibuatnya.


“Aahh.. Ami.. udahan dulu dong..!”“Kok cepet banget keluar?” ledeknya.“Uaah.., gue kelewat nafsu sih.. maklum dong, selama ini ditahan terus.”aku membela diri.“Oke deh, kita istirahat sebentar.”


Ami lalu menindih tubuhku. Payudaranya menekan dadaku, begitu kenyalrasanya. Nafasnya hangat menerpa wajahku. Fita mengambil posisi diselangkanganku, menjilati kemaluanku. Gairahku perlahan-lahan bangkitkembali. Kuraba-raba kemaluan Ami hingga akhirnya aku menemukan dagingkenikmatannya. Kucubit pelan sehingga Ami mendesah perlahan. Kugunakanjari jempol dan telunjukku untuk memainkan daging tersebut, sementarajari manisku kugunakan untuk mengorek liang sanggamanya. Desahan Amisemakin terdengar jelas. Kemaluannya terasa begitu basah. Sementara ituFita terus saja menjilati kemaluanku. Tidak hanya itu, Fitamengosok-gosok mulut dan leher si “ujang”, sehingga sekali lagi bulukudukku merinding menahan nikmat.


Kali ini aku merasa lebih siap untuk tempur, sehingga langsung saja akumembalik posisi tubuhku, menindih Ami yang sekarang jadi telentang. Danlangsung kusodok lubang sanggamanya dengan batang kemaluanku. Amimendesis pendek, lalu menghela nafasnya. Seluruh batang kemaluankuterbenam ke dalam rahim Ami. Aku mulai mengocok maju mundur. Amimelingkarkan tangannya memeluk tubuhku. Fita yang menganggur melakukanmatsurbasi sambil mengamati kami berdua yang sedang bersatu dalamkenikmatan bersetubuh. Ami mengeluarkan jeritan-jeritan kecil, sampaiakhirnya berteriak saat mencapai puncak kenikmatannya, berbeda dengankuyang lebih kuat setelah sebelumnya mencapai orgasme.


Kucabut batang kemaluanku dari vagina Ami, dan langsung kuraih tubuhFita. Untuk mengistirahatkan si “ujang”, aku menggunakan jari-jarikuuntuk mengobok-obok vagina Fita. Kugosok-gosok klitorisnya sehingga Fitamengerang keras. Kujilati dan kugigit lembut sekujur payudaranya, kanandan kiri. Fita meremas rambutku, nafasnya terengah-engah dan memburu.Setelah kurasakan cukup merangsang Fita, aku bersedia untuk main course.


Fita nampaknya sudah siap untuk menerima seranganku, dan langsungmengambil doggy style. Vaginanya yang dihiasi bulu-bulu keriting nampaksudah basah kuyup. Kumasukkan kemaluanku ke dalam liang kenikmatannyadengan pelan tapi pasti. Fita merintih-rintih keras saat prosespenetrasi berlangsung. Setelah masuk seluruh penisku, kudiamkan beberapasaat untuk menikmati kehangatan yang diberikan oleh jepitan vagina Fita.Hangat sekali, lebih hangat dari milik Ami. Setelah itu kumulai menyodokFita maju mundur.


Fita memang berisik sekali! Saat kami melakukan sanggama,teriakan-teriakannya terdengar kencang. Tapi aku suka juga mendengarnya.Kedua payudaranya bergelantungan bergerak liar seiring dengan gerakankami. Kupikir sayang kalau tidak dimanfaatkan, maka kuraih saja keduadanging kenyal tersebut dan langsung kuremas-remas sepuasnya. Nafsukusemakin memuncak, sehingga sodokanku semakin kupercepat, membuat Fitasemakin keras mengeluarkan suara.“Aaahh.. Aaahh.. Gue keluaar.. Aaah..” teriak Fita dengan lantang.


Fita terkulai lemas, sementara aku terus menyetubuhinya. Beberapa saatkemudian aku merasa mulai mendekati puncak kepuasan.“Fit.. gue mau keluar nih..”Fita langsung melepaskan kemaluannya dari kemaluanku, dan langsungmengulum kemaluanku sehingga akhirnya aku memuntahkan spermaku di dalammulut Fita, yang ditelan oleh Fita sampai habis.


Aku berbaring, capek. Nikmat dan puas sekali rasanya. Ami berbaring disisiku. Payudaranya terasa lembut dan hangat menyentuh lengan kananku.Fita masih membersihkan batang kemaluanku dengan mulutnya.“Gimana Van? Puas?” Ami bertanya.“Puas banget deh.. Otak gue ringan banget rasanya.”“Gue mandi dulu ya?” Fita memotong pembicaraan kami.Lalu ia menuju kamar mandi.


“Gue begini juga karena gue lagi pengen kok. Joe udah dua minggu pergi.Nggak tau baliknya kapan.” Ami menjelaskan.“Nggak masalah kok. Gue juga emang lagi butuh sih. Lain kali juga guenggak keberatan.”“Huss! Sembarangan loe. Gue selingkuh cuma sekali-sekali aja, cumapengen balas dendam ama Joe. Dia suka selingkuh juga sih! Beda kasusnyaama loe!”Aku diam saja. Ami bangkit dari ranjang dan mengingatkanku.“Udah hampir setengah delapan malem tuh. Nanti Fay bingung lho!”


Aku jadi tersadar. Cepat-cepat kukenakan pakaianku, tanpa mandi terlebihdahulu. Setelah pamit dengan Fita, Ami mengantarku kembali ke Citraland.Disana kami berpisah, dan aku kembali ke rumah dengan mobilku. Di rumah,tentu saja Fay menanyakan darimana saja aku sampai malam belum pulang.Kujawab saja aku habis makan malam bersama teman.


“Yaa.. padahal Fay udah siapin makan malem.” Fay kelihatan kecewa.Sebenarnya aku belum makan malam. Aku lapar.“Ya udah, Ivan makan lagi aja deh.. tapi Ivan mau mandi dulu.” katakusambil mencium dahinya.Fay kelihatan bingung, tapi tidak berkata apa-apa.